CORONGSUKABUMI.com – Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) melaporkan terbentuknya dua bibit siklon tropis, yakni Bibit Siklon Tropis 93S dan 95S, di perairan selatan Indonesia. Keberadaan kedua sistem ini berdampak signifikan terhadap peningkatan curah hujan dan potensi cuaca ekstrem di sejumlah wilayah Indonesia.
BMKG mencatat hujan lebat telah terjadi di beberapa daerah, antara lain Bali dengan intensitas mencapai 91,3 mm per hari, Papua Barat 71,5 mm per hari, serta Maluku 52,2 mm per hari.
Bibit Siklon Tropis 93S terpantau terbentuk di Samudra Hindia selatan Jawa dan bergerak ke arah barat daya. Sistem ini memberikan dampak tidak langsung berupa hujan dengan intensitas sedang hingga lebat di wilayah Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, dan DI Yogyakarta. Selain hujan, potensi angin kencang juga berpeluang terjadi di pesisir selatan Jawa Barat, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, hingga Jawa Timur.
BMKG juga mengingatkan adanya gelombang tinggi 1,25 hingga 2,5 meter yang berpotensi terjadi di Samudra Hindia barat Lampung, perairan selatan Banten hingga Nusa Tenggara Barat, termasuk Selat Sunda dan Laut Jawa.
Sementara itu, Bibit Siklon Tropis 95S yang terbentuk di Laut Arafura berpotensi memicu hujan sedang hingga sangat lebat disertai angin kencang di wilayah Maluku bagian selatan dan tenggara, serta Papua Selatan. Tinggi gelombang di Laut Arafura juga diprakirakan mencapai 1,25 hingga 2,5 meter.
BMKG menjelaskan bahwa dinamika atmosfer skala global, regional, dan lokal turut berperan dalam mempengaruhi kondisi cuaca di Indonesia selama sepekan ke depan. Suhu muka laut yang hangat berpotensi meningkatkan penguapan di Pesisir Barat Aceh, perairan timur Kalimantan Timur, perairan utara Pulau Jawa, hingga Samudra Pasifik utara Papua.
“Kondisi La Nina lemah turut meningkatkan potensi hujan, khususnya di wilayah Indonesia bagian timur,” demikian keterangan BMKG dalam analisis cuaca sepekan ke depan yang dilansir dari laman resminya.
Selain itu, perbedaan tekanan udara yang cukup signifikan antara Gushi dan Hongkong pada 17 Desember 2025 mengindikasikan adanya perambatan seruakan udara dingin dari Asia menuju Indonesia. Kondisi ini berpotensi meningkatkan intensitas hujan di sebagian besar wilayah Tanah Air.
Aktivitas Madden-Julian Oscillation (MJO) dan gelombang atmosfer juga diprakirakan aktif di sejumlah wilayah perairan dan daratan Indonesia, mulai dari Samudra Hindia barat daya Sumatra, Laut Jawa, Kalimantan, Sulawesi, Maluku, hingga Papua. Fenomena tersebut berkontribusi terhadap peningkatan pertumbuhan awan hujan.
Bibit Siklon Tropis 93S tercatat memiliki tekanan pusat sekitar 1005 hPa dengan kecepatan angin maksimum 25 knot dan berpotensi berkembang menjadi siklon tropis dengan kategori sedang hingga tinggi dalam 24 jam ke depan. Sistem ini juga dapat meningkatkan kecepatan angin di perairan selatan Jawa Timur hingga Nusa Tenggara Timur.
Sementara Bibit Siklon Tropis 95S memiliki tekanan pusat 1006 hPa dengan kecepatan angin maksimum 20 knot dan berpotensi berkembang menjadi siklon tropis kategori rendah dalam 24 jam ke depan. Sistem ini diprakirakan membentuk daerah konvergensi memanjang dari Papua Tengah hingga Papua Selatan dan Laut Arafura.
Selain kedua bibit siklon tersebut, BMKG juga memantau potensi terbentuknya sirkulasi siklonik di perairan barat Aceh dan perairan utara Papua yang dapat meningkatkan potensi hujan di wilayah sekitarnya.
Untuk periode 19–21 Desember 2025, BMKG mengingatkan potensi hujan sedang hingga lebat di sejumlah wilayah, dengan status Siaga untuk hujan lebat hingga sangat lebat di antaranya Banten, Jawa Barat, Jawa Timur, NTB, NTT, Sulawesi Selatan, Papua Pegunungan, dan Papua Selatan. Peringatan angin kencang juga dikeluarkan untuk berbagai wilayah di Sumatra, Jawa, Bali, Nusa Tenggara, Sulawesi, Maluku, hingga Papua.
Sedangkan pada periode 22–25 Desember 2025, hujan sedang hingga lebat masih berpotensi terjadi, khususnya di Jawa Timur, Sulawesi Selatan, Papua Pegunungan, dan Papua Selatan, dengan ancaman angin kencang di sejumlah wilayah lainnya.
BMKG mengimbau masyarakat untuk tetap waspada terhadap potensi cuaca ekstrem, terutama di wilayah rawan banjir, longsor, serta daerah pesisir yang berpotensi terdampak gelombang tinggi.










