CORONG SUKABUMI – Tsunami menerjang wilayah pesisir Hokkaido, Jepang, pada Rabu pagi, 30 Juli 2025, menyusul gempa berkekuatan magnitudo 8,7 yang mengguncang lepas pantai Semenanjung Kamchatka, Rusia, pukul 06.24 WIB.
Gelombang tsunami yang mencapai ketinggian 50 sentimeter dilaporkan menghantam beberapa kawasan di sepanjang pantai Pasifik Jepang.
Salah satu kisah evakuasi datang dari Minori Yoshida, pegawai bank di Kota Kushiro, Hokkaido. Saat sirene peringatan berbunyi dan notifikasi darurat masuk ke ponselnya, ia hanya memiliki waktu sekitar 20 menit sebelum gelombang pertama diperkirakan tiba. Yoshida bersama rekan-rekannya segera mengungsi ke gedung manajemen bencana berlantai lima.
“Kami semua bergerak cepat sesuai instruksi kantor,” ujar Yoshida kepada Japan Times.
Setibanya di lantai atas, lebih dari 50 orang dari berbagai latar belakang – mulai dari pekerja hingga turis – telah berkumpul. Jumlah tersebut membengkak menjadi sekitar 100 orang dalam waktu 30 menit.
Suasana dalam tempat evakuasi tergolong tenang, meski bayang-bayang ketakutan masih terasa. Pemerintah setempat telah menyediakan air minum, toilet, dan sarana pendukung lainnya.
“Saya bersyukur tempat evakuasi ini dekat. Kalau tidak, saya pasti sangat panik,” kata Yoshida.
Menurut Badan Meteorologi Jepang (JMA), meski gelombang pertama tidak besar, potensi gelombang susulan tetap ada. Oleh karena itu, warga diminta bertahan di tempat aman hingga peringatan resmi dicabut. JMA mengeluarkan peringatan awal pukul 08.37 waktu setempat dan memperbarui status menjadi tsunami warning pada pukul 09.40.
Pemerintah Jepang merespons cepat dengan mengaktifkan sistem tanggap darurat nasional. Perdana Menteri Shigeru Ishiba memerintahkan seluruh lembaga terkait untuk menyampaikan informasi akurat dan membantu warga terdampak.
“Saya meminta seluruh warga di area terdampak untuk segera mengungsi ke dataran tinggi atau lokasi yang aman,” tegas Ishiba dalam pernyataan resminya.
Hingga laporan ini diturunkan, tidak ada laporan korban jiwa. Namun, pemerintah tetap mengimbau kewaspadaan tinggi seiring potensi gelombang lanjutan yang bisa datang sewaktu-waktu.***