Dari Bahasa Persatuan hingga Tokoh Wanita: 3 Fakta Menarik Seputar Peristiwa Sumpah Pemuda

3 Fakta menarik seputar Hari Sumpah Pemuda, dari bahasa persatuan hingga peran perempuan dalam Kongres Pemuda II.

Ilustrasi Bendera Merah Putih | Foto: canva.com

CORONGSUKABUMI.com – Setiap 28 Oktober, bangsa Indonesia memperingati Hari Sumpah Pemuda, momentum bersejarah yang menegaskan semangat persatuan para pemuda di masa perjuangan.

Namun, di balik pembacaan ikrar yang sederhana itu, tersimpan banyak kisah menarik yang jarang diketahui. Dari lahirnya bahasa persatuan hingga sosok perempuan hebat yang turut hadir dalam Kongres Pemuda II, semuanya menjadi bagian penting dari perjalanan bangsa menuju kemerdekaan.

Tanggal 28 Oktober 1928 menjadi tonggak sejarah ketika berbagai organisasi pemuda di (waktu itu) Hindia Belanda berkumpul dalam Kongres Pemuda II dan menghasilkan Ikrar Pemuda, yang kini dikenal sebagai Sumpah Pemuda. Kongres ini merupakan kelanjutan dari Kongres Pemuda I yang diadakan dua tahun sebelumnya, pada 30 April–2 Mei 1926.

Meski pembacaan ikrar hanya menjadi acara penutup, peristiwa itu menjadi simbol kuat tekad generasi muda untuk bersatu demi Indonesia merdeka.
Beberapa nama besar tercatat dalam sejarah, seperti Amir Sjarifudin, R.M. Joko Marsaid, Muhammad Yamin, Sugondo Djojopuspito, hingga tokoh perempuan yang ikut memperjuangkan semangat kebangsaan.

Melansir laman kemenpar.go.id, berikut tiga fakta menarik terkait peristiwa Sumpah Pemuda yang mungkin belum kamu ketahui:

Baca Juga :  Terungkap Identitas Mayat di Rawa Sagaranten: Nenek 74 Tahun yang Hilang Tiga Hari

1. Bahasa Persatuan

Kongres Pemuda II melahirkan tiga poin penting dalam Sumpah Pemuda, salah satunya adalah pengakuan terhadap Bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan.
Sebenarnya, gagasan tentang bahasa persatuan telah dibahas sejak Kongres Pemuda I, dan salah satu kandidatnya adalah bahasa Melayu.

Penetapan bahasa persatuan menjadi langkah penting untuk mempersatukan bangsa Indonesia yang memiliki banyak suku dan bahasa. Berdasarkan data Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, terdapat 718 bahasa daerah di seluruh Indonesia. Namun, dari jumlah tersebut, setidaknya 40 bahasa kini berstatus terancam, mulai dari mengalami kemunduran, terancam punah, hingga kritis. Bahkan, 5 bahasa sudah dinyatakan punah.

Padahal, bahasa merupakan salah satu kekayaan budaya bangsa dan daya tarik wisatawan. Saat berwisata, kita sering mencoba berbicara dalam bahasa daerah untuk berinteraksi dengan masyarakat lokal. Begitu pula wisatawan mancanegara yang sering menggunakan bahasa daerah dalam percakapan dengan pelaku pariwisata.

Karena itu, menjaga kelestarian bahasa daerah sebagai unsur budaya bangsa menjadi tanggung jawab kita bersama.

Baca Juga :  Ribuan Warga Padati CFD hingga Senam Gurilaps di Palabuhanratu, Meriahkan HJKS ke-155

2. Museum Sumpah Pemuda

Kongres Pemuda II diadakan di tiga tempat, salah satunya di Gedung Indonesische Clubgebouw (sekarang Gedung Kramat Raya 106 Jakarta). Gedung ini milik Sie Kok Liong dan sering menjadi tempat berkumpulnya para pemuda pergerakan kemerdekaan, termasuk organisasi Jong Java.

Pada 15 Oktober 1968, Prof. Mr. Soenario mengirim surat kepada Gubernur DKI Jakarta, Ali Sadikin, agar Gedung Kramat 106 mendapat perhatian dan pembinaan mengingat nilai sejarahnya yang tinggi. Kemudian, Gubernur DKI menetapkan gedung tersebut sebagai benda cagar budaya.

Pemda DKI Jakarta melakukan pemugaran mulai 3 April 1973 dan selesai pada 20 Mei 1973. Setelah itu, Gedung Kramat 106 resmi dijadikan Museum Sumpah Pemuda.

3. Ibu Soed

Tahukah kamu bahwa salah satu peserta Kongres Pemuda II adalah Ibu Soed? Tokoh wanita bernama asli Saridjah Niung ini mendampingi Wage Rudolf Supratman atau yang dikenal dengan WR Supratman saat lagu Indonesia Raya pertama kali dikumandangkan di Kongres Pemuda II.

Ibu Soed dikenal sebagai sosok patriotis sekaligus tokoh yang sangat mencintai anak-anak. Ia menciptakan banyak lagu anak-anak yang melegenda seperti Burung Kutilang, Tik Tik Bunyi Hujan, Kupu-Kupu, dan Menanam Jagung.

Baca Juga :  Tak Jadi Calon Ketum PSI, Jokowi Pilih Dukung Semua Kandidat

sSelain itu, ia juga menulis lagu-lagu bertema nasionalisme yang mudah diingat anak-anak, seperti Berkibarlah Benderaku, Bendera Merah Putih, dan Tanah Airku.

Lirik lagu Tanah Airku bahkan menjadi pengingat agar kita selalu mencintai Indonesia:

Tanah airku tidak kulupakan
’Kan terkenang selama hidupku
Biarpun saya pergi jauh
Tidak ’kan hilang dari kalbu
Tanahku yang kucintai
Engkau kuhargai

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

error: Content is protected !!