Penjelasan Medis RSUD R Syamsudin SH
Ketua Tim Penanganan di RSUD R Syamsudin SH Kota Sukabumi, dr Irfan Nugraha, menjelaskan bahwa Raya pertama kali dibawa ke rumah sakit pada 13 Juli 2025 dalam keadaan tidak sadarkan diri.
“Dugaan awal penyebab tidak sadarnya karena meningitis TB, komplikasi dari TB paru. Tapi setelah diobservasi sekian lama di IGD, dari hidung pasien keluar cacing gelang dewasa. Sejak itu, kita menduga berarti kemungkinan tidak sadarnya ada dua, antara ada faktor risiko tertular dari TBC-nya, ada juga faktor karena infeksi cacingnya,” ujar Irfan.
Cacing yang ditemukan berukuran besar, menunjukkan infeksi sudah berlangsung lama.
“Infeksi bisa terjadi ketika telur cacing tertelan, baik melalui makanan, minuman, maupun tangan yang kotor. Telur akan menetas di usus, lalu berkembang jadi larva yang bisa menyebar lewat aliran darah ke organ-organ, bahkan otak. Itu sebabnya pasien bisa tidak sadar,” tambahnya.
Sayangnya, karena kondisi Raya sudah sangat kritis saat masuk rumah sakit, pengobatan tidak lagi efektif.
“Raya dibawa ke rumah sakit dalam kondisi terminal. Kalau penilaian saya pribadi sudah amat sangat terlambat dibawa ke rumah sakit. Obat yang kita berikan tidak bisa seefektif itu. Pada akhirnya, Raya meninggal dunia pada 22 Juli 2025 pukul 14.24 WIB,” tuturnya.
Masalah Administrasi dan Pola Asuh
Keluarga Raya juga menghadapi persoalan administratif. Sang balita tidak memiliki identitas kependudukan, sehingga BPJS tidak bisa digunakan. Biaya pengobatan pun akhirnya ditanggung oleh pihak filantropi.
Plt Camat Kabandungan, Budi Andriana, menyebut upaya administrasi baru bisa dilakukan menjelang akhir hidup Raya.
“Waktu itu kami berupaya untuk mengurus BPJS KIS, namun sorenya kami mendapat kabar Raya meninggal,” ujar Budi.
Ia juga menjelaskan bahwa kendala utama berasal dari pola asuh yang buruk.
“Ayahnya kadang normal, kadang terganggu. Kakak Raya juga pernah kedapatan memakan talas mentah. Pola asuh ini memengaruhi,” ungkapnya.

 
									




