Pratikno Peringatkan Bahaya Scrolling: Anak Muda Terancam Terbiasa Berpikir Dangkal

Pratikno ingatkan bahaya scrolling medsos, dorong pembatasan gawai sejak dini. | Instagram.com/@pratikpratikno

CORONG SUKABUMI – Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK), Pratikno, menyampaikan keprihatinannya terhadap tingginya waktu penggunaan gawai di kalangan masyarakat Indonesia, khususnya anak-anak dan remaja.

Ia menegaskan bahwa akses terhadap teknologi digital seharusnya diberikan secara bertahap dan terkontrol.

Pernyataan tersebut disampaikannya saat konferensi pers di Kantor Kemenko PMK, Jakarta, pada Selasa, 17 Juni 2025. Pratikno merujuk pada data yang menunjukkan rata-rata screen time masyarakat Indonesia mencapai lebih dari 7,5 jam per hari.

“Artinya, ada sebagian orang yang menatap layar lebih dari belasan jam setiap harinya. Ini harus menjadi perhatian bersama,” ujarnya.

Baca Juga :  Dito Ariotedjo Tegaskan Pencairan Bonus Atlet PON Aceh-Sumut 2024 Adalah Kewenangan APBD Daerah

Menko PMK menyoroti dampak paparan dini terhadap gawai, bahkan sejak usia di bawah dua tahun, sebagai bagian dari disrupsi teknologi yang kian masif.

Ia juga membagikan pengalaman pribadi dalam membatasi penggunaan gawai di lingkungan rumahnya, terutama bagi anak dan cucu.

Pratikno mengganti keberadaan televisi dan gadget dengan akuarium berisi ikan yang dinamai dengan tokoh-tokoh tertentu, agar anak-anak lebih aktif berinteraksi secara nyata, bukan melalui layar.

“Di rumah anak saya, screen-nya adalah akuarium. Setiap pagi, anak-anak akan berinteraksi dengan ikan-ikan yang telah diberi nama, tanpa televisi atau akses ke layar digital,” jelasnya.

Baca Juga :  Pratikno dan Muhadjir Temui Jokowi di Solo, Ungkap Kondisi Sehat Sang Presiden

Pratikno menyoroti fenomena scrolling berlebihan di media sosial sebagai kebiasaan yang dapat membentuk pola pikir dangkal. Ia menyebut perilaku ini sebagai mindless scrolling, yang membuat generasi muda terbiasa mengambil keputusan tanpa proses berpikir yang matang.

“Scrolling membuat tradisi berpikir sangat pendek. Generasi muda harus diarahkan untuk berpikir lebih dalam dan tidak terjebak pada pola instan,” tegasnya.

Ia pun mengimbau agar masyarakat, khususnya orang tua, lebih selektif dalam memperkenalkan teknologi kepada anak-anak, demi menjaga kualitas berpikir dan interaksi sosial generasi mendatang.***

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

error: Content is protected !!