Tragedi KMP Tunu: Operator Akui Kesalahan, Investigasi Penyebab Masih Berlangsung

PT Raputra Jaya minta maaf atas tenggelamnya KMP Tunu, 6 tewas, puluhan hilang. X.com/@@kristianlobo1

CORONG SUKABUMI — Pihak operator Kapal Motor Penyeberangan (KMP) Tunu Pratama Jaya akhirnya menyampaikan permintaan maaf secara terbuka atas insiden tenggelamnya kapal di perairan Selat Bali yang terjadi Kamis dini hari, 4 Juli 2025.

Peristiwa tragis tersebut telah menelan sedikitnya enam korban jiwa, sementara puluhan lainnya dilaporkan masih hilang.

Dalam konferensi pers yang digelar di Pelabuhan Ketapang, Banyuwangi, Sabtu (5/7), perwakilan PT Raputra Jaya—yang sebelumnya bernama PT Pasca Dana Sundari—Ulumudin, menyatakan duka mendalam dan rasa tanggung jawab atas musibah tersebut.

“Pertama dan utama kami menyampaikan permohonan maaf yang sedalam-dalamnya atas kejadian ini. Kami sangat berduka atas musibah yang menimbulkan korban jiwa,” ujarnya di hadapan awak media.

Baca Juga :  DPR Sidak PFN, Temukan Masalah Finansial hingga Minimnya Sarana Produksi

Ulumudin menekankan bahwa keselamatan penumpang adalah tanggung jawab utama operator pelayaran. Ia menyebutkan, insiden ini menjadi momentum refleksi dan evaluasi terhadap sistem keamanan yang ada.

“Kami menyadari sepenuhnya bahwa keselamatan dan keamanan penumpang adalah tanggung jawab utama kami sebagai operator pelayaran,” lanjutnya.

Namun demikian, Ulumudin belum dapat mengungkap penyebab pasti kecelakaan, termasuk perbedaan antara jumlah manifes dan total korban. Ia menyebut, pihaknya masih menunggu hasil investigasi dari otoritas berwenang.

Baca Juga :  Ormas Duduki Lahan BMKG, Puan: Bubarkan Jika Berbau Premanisme

“Saya belum bisa menjelaskan saat ini,” katanya singkat saat menjawab pertanyaan wartawan terkait kejanggalan data manifes.

Sebagaimana diketahui, kapal naas tersebut tengah berlayar dari Pelabuhan Gilimanuk, Bali menuju Pelabuhan Ketapang, Banyuwangi, saat diduga mengalami kebocoran pada ruang mesin yang berujung pada terbaliknya kapal.

Menurut catatan Tim SAR Gabungan, terdapat 65 orang di dalam kapal, termasuk 12 kru. Hingga laporan ini diterbitkan, proses pencarian korban yang belum ditemukan masih berlangsung.

Insiden ini memicu perhatian nasional dan memunculkan desakan publik kepada operator serta otoritas terkait untuk memperketat pengawasan dan standar keselamatan pelayaran, khususnya di jalur padat seperti Selat Bali.***

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

error: Content is protected !!