CORONGSUKABUMI.com – Area wisata Pantai Karanghawu di Kecamatan Cisolok, Kabupaten Sukabumi, mendadak menjadi perhatian publik setelah tanah di sekitar trotoar amblas dan membentuk lubang besar. Insiden ini terjadi usai saluran air bawah tanah jebol karena tergerus aliran kuat saat hujan mengguyur kawasan tersebut.
Amblasnya tanah menyebabkan struktur beton di permukaan kehilangan penopang dan runtuh bersama material di sekitarnya. Dari pantauan lapangan, rongga yang terbentuk memiliki diameter sekitar delapan meter dengan kedalaman sekitar lima meter. Kerusakan tersebut meliputi area trotoar hingga mendekati dinding pembatas laut di bawahnya.
Untuk mencegah pengunjung terperosok, warga sekitar memasang pembatas darurat menggunakan bambu dan terpal sederhana.
Menurut Pidi (42), pedagang warung di dekat lokasi, peristiwa itu terjadi pada Minggu malam (26/10/2025) sekitar pukul 20.00 WIB. Air dari saluran bawah tanah dekat tempat pembuangan sampah sementara meluap dan mengalir deras menuju area bale-bale Karanghawu.
“Pada saat itu sebenarnya hujan tidak terlalu deras. Karena salurannya mampet, airnya meluap deras, membawa banyak sampah sampai ke tempat ziarah. Ketinggian air hampir sepinggul orang dewasa. Nggak lama, tanah di trotoar dan parkiran amblas, dua warung langsung runtuh,” kata Pidi, Kamis (30/10/2025).
Ia mengaku sempat terperosok saat mencoba menyelamatkan dagangannya.
“Untungnya saya tetap sadar, dan bisa secepatnya menyelamatkan diri meskipun dagangan saya hancur,” lirihnya.
Selain merusak fasilitas, amblasnya tanah juga memicu jebolnya tanggul di bawah permukaan, membuat air yang semula menggenang langsung mengalir ke laut dengan cepat. Terlihat pula gorong-gorong bawah tanah yang kini terbuka akibat erosi, memperlihatkan derasnya aliran air yang melewatinya.

Respons Dinas Pariwisata Sukabumi
Menanggapi kejadian ini, Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Sukabumi, Ali Iskandar, menyampaikan keprihatinannya. Ia menegaskan bahwa insiden ini menjadi peringatan serius bagi pemerintah daerah untuk mengevaluasi sistem aliran air bawah tanah di kawasan wisata.
“Langkah pertama tentu melakukan pengamanan area, memasang rambu atau pita barikade agar tidak menimbulkan kecelakaan baru bagi warga maupun pengunjung,” ujar Ali.
Pihaknya juga akan segera melaporkan kerusakan tersebut kepada pimpinan daerah dan membuka koordinasi lintas instansi.
“Kami juga akan melaporkan kepada Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Pusat, karena titik ini termasuk bagian dari geosite Karanghawu yang menjadi kawasan geopark. Harapannya bisa segera ada dukungan untuk penanganan,” tambahnya.
Ali menyebut, pada tahun anggaran 2025, Dinas Pariwisata hanya memiliki alokasi terbatas untuk perbaikan fasilitas tertentu, seperti papan nama kawasan wisata. Namun, ia mengupayakan langkah tambahan agar kerusakan tidak terus meluas.
Hingga saat ini, kawasan terdampak masih diberi penanda darurat dan belum dapat diakses secara bebas oleh wisatawan. Pemerintah daerah diharapkan segera melakukan tindakan struktural agar insiden serupa tidak kembali terjadi.

 
									




