CORONGSUKABUMI.com – Angin semilir dan gemuruh air jatuh dari tebing tinggi masih terdengar di kejauhan. Namun, suasana di sekitar Curug Cigangsa kini jauh dari kata ramai. Air terjun megah yang dahulu jadi kebanggaan warga Pajampangan, kini menghadirkan keheningan dan kesan terbengkalai. Sisa-sisa kejayaannya masih terlihat, tapi pesonanya seolah terkubur di balik minimnya perhatian.
Curug Cigangsa, atau yang akrab disebut warga sebagai Curug Luhur, terletak di Kampung Batusuhunan, Kelurahan Surade, Kecamatan Surade, Kabupaten Sukabumi. Kawasan ini dulunya menjadi salah satu destinasi wisata alam andalan di selatan Sukabumi, bahkan termasuk dalam kawasan Ciletuh–Palabuhanratu UNESCO Global Geopark (CPUGGp) karena nilai geologis dan sejarahnya.
Akses dan Keindahan di Balik Perjalanan Panjang
Untuk mencapai Curug Cigangsa, wisatawan harus menempuh perjalanan sekitar 130 kilometer dari Kota Sukabumi. Terdapat dua rute utama yang bisa dipilih: jalur Sukabumi–Palabuhanratu–Surade atau Sukabumi–Lengkong–Surade. Jalur Palabuhanratu lebih direkomendasikan karena kondisi jalan yang lebih baik serta panorama yang memanjakan mata — hamparan kebun teh, perbukitan hijau, dan udara segar menyambut sepanjang perjalanan.
Curug Cigangsa sendiri bukan sekadar air terjun. Di balik percikan airnya, tersimpan sejarah dan mitos tentang asal-usul nama Surade. Banyak warga mengaitkannya dengan cerita masa lalu yang masih hidup di ingatan kolektif masyarakat setempat.
Fasilitas Rusak, Curug Terlantar
Sayangnya, kondisi terkini Curug Cigangsa memprihatinkan. Tak ada lagi papan nama yang menandai keberadaan objek wisata ini.
“Tos lami teu ningali papan nama eta teh, duka kamana,” ujar Adang (58), warga yang kerap melintas di kawasan tersebut, Selasa (7/10/2025).
Fasilitas umum di sekitar curug nyaris tak berfungsi. Bangunan MCK dengan lima kamar mandi rusak berat, tandon air hilang, dan hanya menyisakan rangka besi yang kini berkarat. Saung peristirahatan sudah roboh, sementara pos penjagaan tampak terbengkalai dan penuh coretan vandalisme.
Jalur menuju sungai juga tak lagi aman. Banyak anak tangga retak, licin, dan membahayakan pengunjung yang hendak turun ke bawah.
“Sayang pisan, ieu tempat saacanna rame pisan. Ayeuna mah siga teu aya nu ngurus,” keluh warga lainnya, mengingat masa ketika curug ini ramai dikunjungi wisatawan lokal maupun luar daerah.
Potensi yang Menanti Tangan Peduli
Curug Cigangsa kini seperti menanti tangan-tangan peduli dari pemerintah maupun pihak swasta. Dengan potensi alam dan nilai sejarah yang begitu besar, tempat ini sangat layak untuk dikembangkan kembali menjadi ikon wisata Pajampangan.
Jika dikelola secara profesional dan berkelanjutan, bukan hal mustahil Curug Cigangsa akan kembali bersinar sebagai destinasi unggulan. Tidak hanya memperkuat citra pariwisata selatan Sukabumi, tapi juga membuka peluang ekonomi baru bagi warga sekitar.