Mengenal Sesar Citarik: Patahan Aktif yang Membentang dari Sukabumi, Bogor, hingga Bekasi

BMKG memberikan penjelasan lengkap terkait sesar aktif ini dan kaitannya dengan gempa yang terjadi, termasuk di wilayah Sukabumi.

Peta sesar Citarik | Foto: Ist

CORONGSUKABUMI.com – Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) kembali menyoroti potensi bahaya Sesar Citarik, pasca terjadinya gempa bermagnitudo 4,7 di wilayah Karawang dan Bekasi pada Agustus 2025 yang menimbulkan kerusakan ringan.

BMKG memberikan penjelasan lengkap terkait sesar aktif ini dan kaitannya dengan gempa yang terjadi, termasuk di wilayah Sukabumi.

Sesar Citarik memiliki orientasi utara barat daya hingga timur laut dan memanjang namun tersegmentasi dari Pelabuhan Ratu (Sukabumi), Bogor hingga Bekasi. Sesar ini memiliki mekanisme geser mengiri atau sinistral strike slip (Sidarto, 2008). Diperkirakan sesar ini telah aktif sejak belasan juta tahun lalu dan masih aktif hingga kini.

“BMKG mencatat sejumlah gempa signifikan yang diduga dipicu oleh aktivitas Sesar Citarik, antara lain gempa yang terjadi pada 14 Juni 1900, 9 Februari 1975, 12 Juli 2000, 10 Maret 2020 (M5,0) dan terakhir adalah gempa merusak di Bogor pada 10 April 2025 yang lalu dengan magnitudo (M4,1),” jelas Direktur Gempabumi dan Tsunami BMKG, Daryono, dikutip Senin (25/8/2025).

Baca Juga :  Mendagri Tegaskan Perbedaan Sertifikat di Retret, Siapa Saja yang Lulus?

Gempa dahsyat yang melanda Kota Bogor pada 11 Oktober 1834 juga diduga kuat berhubungan dengan Sesar Citarik. Gempa tersebut mencapai skala intensitas VIII hingga IX MMI, yang menyebabkan kerusakan berat hingga sangat berat pada banyak bangunan di Bogor dan bahkan di Batavia.

Gempa Bogor dengan kekuatan M4,1 yang terjadi pada 10 April 2025 pukul 22.16 WIB merupakan jenis gempa tektonik kerak dangkal dengan kedalaman hiposenter hanya 5 km. Episenter gempa terletak di Kota Bogor pada koordinat 6.62 LS dan 106.8 BT, tepat di jalur Sesar Citarik.

Baca Juga :  Waspada Cuaca Ekstrem! BMKG: Hujan Lebat Berpotensi Terjadi di Jawa Barat dan Wilayah Lain

“Bukti bahwa gempa ini bersifat tektonik dan bukan vulkanik terlihat dari bentuk gelombang gempa yang direkam sensor di Darmaga dan Citeko, yang menunjukkan gelombang geser dengan komponen frekuensi tinggi. Gempa ini juga disertai suara gemuruh dan dentuman, yang merupakan ciri khas gempa sangat dangkal,” ungkap Daryono.

Gempa tersebut dirasakan kuat di Kabupaten Bogor, Kota Bogor, dan Depok dengan intensitas III-V MMI, menimbulkan kerusakan ringan pada sejumlah bangunan rumah warga. Daryono menjelaskan,

“Dampak kerusakan cukup parah ini disebabkan oleh kedalaman hiposenter yang dangkal, struktur bangunan yang belum memenuhi standar tahan gempa, dan lokasi permukiman yang berada di atas tanah lunak sehingga memperkuat efek guncangan,” tutur Daryono.

Baca Juga :  Fakta Gempa Sukabumi dan Bogor 20–21 September 2025, BMKG Pastikan Bukan Akibat Aktivitas Sesar Citarik

Sesar Citarik sendiri berpotensi menimbulkan gempa kuat di masa mendatang, sehingga jalur sesar ini harus diperhitungkan secara serius dalam perencanaan pengembangan infrastruktur di wilayah Jabodetabek dan Sukabumi.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

error: Content is protected !!